Selasa, 11 September 2012

Dibalik Laporan PKL

Setelah satu bulan mahasiswa STAN D3 angkatan 2009 menjalani PKL, mereka disibukkan membuat laporan. Membuat laporan PKL itu susah apa mudah sih? jawabannya bersifat subjektif. Bukan tergantung siapa yang buat tapi dosbing atau dosnil siapa yang menilai.

Banyak cerita dibalik laporan PKL kami. Setiap orang punya cerita masing-masing. Ada yang jalannya lancar-lancar aja dan ada yang sangat berkelok-kelok bahkan hampir masuk jurang. Kalau aku alhamdulillah merasa dipermudah jika dibandingkan teman-teman yang lain. Dapet bidang laporan yang emang aku pengenin dan judul yang dari dulu kepikiran itu. Bidang Studi Akuntansi Pemerintah dengan tema Aset tetap. Ya, cuma itu ide yang terlintas saat mendengar isu anak akuntansi akan melakukan PKL. Kalau aku nggak dapet itu entah mau nulis apa. PKL di Pemda sepertinya sangat membantu isi laporan ku itu. Data mudah didapet dan ada bahan yang bisa dibahas dalam laporan itu. Tapiii jangan ditanya hasil finalnya. Isinya ya biasa-biasa aja dengan kalimat yang membingungkan disana sini..haha. Bahkan kata Dosbingku itu laporannya kaya tulisan cerita. Bikin laporan udah mirip kaya bikin postingan di blog (gak baku kalimatnya) hahaha..

Alhamdulillah aku dapet dosbing dan dosnil yang sangat baik, baik perilakunya dan baik juga nilainya. Yang agak menjadi kendala tempat mereka yang agak jauh. Dosbing aku itu Pak Suhartanto yang kerja di Ciawi, Bogor dan Dosnil Pak Sunu  kerja di Itjen, Lapangan Banteng. seperti psotingan sebelumnya bahwa aku dan teman-teman satu dosbing itu harus bolak-balik ke bogor untuk bimbingan dan minta tanda tangan. Tapi pas akhir penyelesaian laporan baru sadar kalau NIP Pak Tanto itu SALAH. Salah dari awal pas pembuatan outline. Salah total dan aku juga gak tau itu NIP siapa. Daaaan..punya aku doang yang salah yang lain udah bener. Padahal itu tinggal hard cover doang. Alhasil aku harus ke bogor sendiri pas bulan ramadhan kemaren. Yah berangkat jam setengah 10 sampai sana jam setengah1. Karena masih ada kuliah dzuhur di masjid Pusdiklat BPKP, aku sholat dulu. Soalnya Pak Tanto pasti masih di dalem masjid. Eh ternyata pas abis wudhu ketemu beliau. Pak Tanto baik banget lagi sampai nungguin aku sholat. Setelah sholat barulah ke ruangan buat minta tanda tangan. Untungnya Bapaknya gak marah karna aku salah NIP. Selesai jam 1 dan langsung pulang ke Bintaro. Sampai kosan jam setengah 4. Pergi seharian cuma buat minta tanda tangan yang butuh waktu cuma 5 menit malah lamaan di masjidnya. Tapi gak apa-apa karna perjuangan aku itu belum ada apa-apanya dibandingkan yang lain. Besoknya aku harus ke Itjen, sendirian lagi tapi pas di bis P44 ketemu fetra yang mau ke itjen juga. Pak Sunu nama Dosnil ku. Bapaknya juga gak kalah baik. Bapaknya itu super sibuk. Pas aku dateng ke ruangannya aja sebenarnya beliau lagi rapat. Jadi gak enak..hehe.

Alhamdulillah cuma itu perjalanan yang harus aku tempuh untuk menyelesaikan laporan PKL. Aku harus bersyukur banget karna dipermudah seperti itu. Banyak teman-teman yang melakukan perjuangan lebih berat. Bahkan ada yang baru dapet tanda tangan dari sodnil kemaren. Tapi alhamdulillah semuanya lulus semua. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari perjalan laporan PKL kita. Terimakasih banyak untuk Pak Suhartanto dan Pak Sunu. Semoga Allah membalas kebaikan mereka :))

Ini adalah anugrah Allah. Dia bermaksud mengujiku, adakah aku bersyukur ataukah aku kufur
(QS. An-Naml: 40)


Jumat, 07 September 2012

Mereka bilang, Kami Kakak Adik


Endang Werdiningsih, perempuan kelahiran Tegal 29 Juni 1974. Beliau adalah wanita tertangguh dan terhebat yang pernah aku temui karena dari rahim beliaulah aku dilahirkan. Bagi siapapun, ibu adalah orang yang paling ia cintai dan sayangi. Hal ini juga sesuai dengan hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kepada siapakah kita harus berbakti, maka beliau menjawab sampai 3 kali yaitu Ibu, baru yang yang ke empat kalinya adalah ayah. Jawaban tersebut tidak berlebihan mengingat perjuangan seorang ibu sejak mengandung kita sampai akhir hayatnya.

Biasanya anak perempuan akan lebih dekat sama mama nya. Iya kaya aku ini. Aku paling suka jadi buntut mama ku. Seneng rasanya bisa kuliah di jakarta itu artinya aku bakalan bisa sering ketemu mama dari pada kalau aku kuliah selain di jakarta. Hampir setiap 2 minggu sekali aku pergi ke pasar baru buat maen ke tempat mama, mumpung belum di tempatin ke daerah jauh makanya manfaatkan kesempatan yang ada. Di rumah pun (di tegal) aku selalu buntutin beliau dari kecil sampai segede sekarang..haha. Tapi ingat aku ini bukan anak mamih yang manja. Mama justru gak suka kalau anaknya ini manja dan kemayu.

Usia kami sebenarnya tidak terpaut terlalu jauh.. lihat saja tanggal lahirnya kami cuma beda 17 tahun. Selisih yang cukup pendek untuk ukuran hubungan antara seorang ibu dan anak. Karna itulah kadang obrolan kami seperti 2 sahabat yang sangat dekat. Mama kadang curhat sama aku tentang urusan keluarga ataupun yang lainnya. Aku juga begitu, semuanya aku ceritain dari mulai tentang kuliah, kosan, temen, sampai urusan hati..hehe. Bercandaan kami pun agak nyambung. Berhubung mama masih sangat muda, beliau pengertian banget kalau anaknya lagi ada masalah, gak langsung mutusin sesuatu sesuai kacamata orang tua tapi memposisikan diri di kondisi anak nya, tapi dengan pemikiran yang bijaksana.

Semua anak di keluarga ku itu mirip sama mama. Bahkan ada yang bilang diantara kami bertiga yang paling mirip adalah firdaus, adik laki-laki ku :(. Banyak orang yang kadang ketuker kalau manggil aku. Dikiranya aku ini mama ku. Kami mirip dari muka, suara bahkan sampai suara batuk kami. Bapak aja suka bingung kalau di telpon, bingung suara aku apa mama ku. Orang yang baru kenal aku dan mama ku awalnya nggak percaya kalau aku ini anaknya, mereka mengira aku ini adiknya. Tinggi kami aja hampir sejajar, tapi masih tinggian mama ku :( . Bukan soal itu aja, kami sering beli pakaian kembaran cuma beda warna dan ukuran dari mulai jilbab, baju atasan, bahkan sampai sandal. Berasa punya kakak perempuan yang merangkap jadi ibu.

Siapa pun ibu kita dan bagaimanapun beliau pasti akan merasa nyaman ada di deketnya... :))